Sunday, September 10, 2006



BAB XIX

VENITA

Umurnya 34 tahun. Sandro lulusan Ecole Nationale des Beaux Arts di kota Dijon, Perancis. Wawasan seni dan antropologinya sangat luas. Sandro menguasai enam bahasa. Dan memiliki pengalaman kerja yang begitu panjang. Sehingga sepanjang perjalanan kami di business class nggak pernah habis bahan obrolan.


Penumpang lain telah lelap bersama selimut masing-masing. Sudah empat jam aku berada di pesawat ini. Kulirik pergelangan tangan Sandro. Pukul 7 malam…. Astaga! Arloji Vacheron Constantin! Keindahan arloji transparan 77 butir berlian, dengan bingkai terbuat dari emas 18 karat kaca kristal safir! Boleh juga taste lelaki satu ini yang kini mulai akrab denganku.
Sandro tersenyum padaku sambil mengambil sesuatu dari tas kecil berlogokan Armani. Sandro lalu mengeluarkan kaleng kecil berisi caviar. Dia menawariku cemilan favoritnya. Aku menolaknya dengan lembut…



“Sayang kalau kamu nggak suka, Ven! Kamu tahu kalau caviar dikenal sejak dulu, sejak zaman sebelum Julius Caesar berkuasa. Caviar juga dikenal sebagai makanan aphrodisiac…” kata Sandro kembali membuka topic pembicaraan baru. Setidaknya kami telah membicarakan 9 topik, dari sejarah, eknomi, budaya, politik, kriminal, sampai fashion.

“Aphrodisiac?”

“Iya, aphrodisiac, pembangkit libido yang berkualitas tinggi!

Aku tertawa terbahak-bahak.

Sandro tersenyum dan ikut tertawa hingga giginya yang putih dan teratur itu terlihat. Dia lalu membuka kaleng kecil berwarna gold itu. Setidaknya mungkin harga sekaleng caviar murni itu pasti lebih dari dua juta!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home